Ketika aku kembali mencinta. Entah, tanpa ragu aku mengatakan iya. Untuk sesuatu yang sebenarnya tak begitu ku yakini. lalu? dengan mudahnya aku menjalaninya. Ya. Aku kembali mencinta setelah sekian lama. Dengan siapa? Dengan dia. Ya. Dia. Tak perlulah kau tahu siapa dia. Tapi dia yang tak pernah kusangka. Cinta memang penuh rahasia. Penuh kejutan.
Dan anehnya, setelah aku memutuskan mencinta dengan dia, begitu banyak pemberi cinta berdatangan. Bahkan dari kau. Kau yang selama ini tanpa kau sadari selalu ku nanti. Kau yang selalu membuat duniaku berhenti sesaat. Kau yang membuatku tak sadar beberapa waktu. Kau yang mampu membuatku tersenyum tanpa sebab. Kau yang muncul dalam mimpi malamku. Kau yang begitu serupa dengan mendiang ayahku. Kau. Ya, kau. Kau yang secara tiba-tiba hadir saat aku memadu kasih dengan yang lain. Kau yang kemabli menawarkan bunga-bunga cinta yang begitu indah. Kau. Kau yang sekan membawaku pada mimpi yang nyata. Kau. Ya, kau. Mengapa kau harus datang terlambat? Mengapa kau tak datang saat aku mengharapmu dengan luar biasa? Mengapa kau tak hadir saat aku beku menantimu mengungkap rasa? Mengapa kau tak singgah saat aku menunggumu di sisi hati? Mengapa? Mengapa? Bukan aku tak mau, tapi aku tak bisa. Aku tak ingin terluka. begitu pula, aku tak ingin melukai. Bagaimana dengan dia jika aku memilihmu? Sedang dia begitu mencintaku dengan segenap hati. Aku tak ingin membuatnya sepertiku. Sakit terluka cinta. Lelah menanti harap. Lalu kau? Harus bagaimana aku? Aku telah memilihnya, ketika hatiku mencintamu. Kini, Aku mulai mencintanya, dan kau datang memilihku. Kau terlambat. Kau membuatku ragu, saat aku sedang mengumpulkan keyakinanku untuk tulus mencintanya. Lalu aku harus bagaimana? Melepasnya lalu memilihmu? atku, tetap bersamanya dan membiarkanmu pergi tanpa sedikitpun kutahu bagaimana kau mencintaiku?